Senin, 08 Agustus 2011
Artinya, blilu tau (bodoh pernah), pinter durung nglakoni
(pandai belum mengalami). Bila diterjemahkan secara bebas adalah pernah
menjadi si bodoh tetapi belum pernah menjadi si pandai. Ungkapan ini
merupakan gambaran dari orang yang tidak pandai dalam hal teori, tetapi
cukup ahli (terampil) dalam mengerjakan sesuatu hal karena sudah
berpengalaman. Contoh dari peribahasa ini adalah seorang petani. Jika
diperhatikan, jarang petani yang ada di pedesaan yang berpendidikan
tinggi. Tetapi, semuanya mampu bertani, bercocok tanam, dan beternak.
Semuanya mereka lakukan dengan cukup andal. Dari mana ilmu pertanian
(bertani) itu didapat.
Jawabannya cukup sederhana, yaitu dari pengalaman. Dari praktik
keseharian sambil memperhatikan dan meniru bagaimana orang tua,
saudara, atau tetangga melakukan pekerjaan tersebut. Pesan utama dari
peribahasa ini adalah jangan takut mencoba mengerjakan segala sesuatu
meskipun belum memiliki teori yang cukup. Artinya, memahat kayu,
mencangkul sawah, dan sebagainya adalah bukan pekerjaan yang sulit.
Dengan banyak mencoba dan tidak banyak keraguan kemudian mengerjakannya
seperti orang lain melakukannya maka akan terampil juga. Asalkan
berhati-hati, tekun, telaten, dan pantang menyerah. Memang, dalam hal
ilmu, petani kalah dengan sarjana pertanian. Namun dengan
pengalamannya, untuk menghasilkan padi, palawija, dan sayuran,
keterampilan para petani dapat diandalkan. δ
0 komentar:
Posting Komentar