Minggu, 14 Agustus 2011
Artinya, curiga manjing warangka (keris masuk sarungnya), warangka manjing curiga
(karung keris masuk kerisnya). Peribahasa ini merupakan gambaran dari
cita-cita ideal tentang hubungan pemimpin dengan raknyatnya di Jawa.
Dimana pemimpin memahami aspirasi rakyat dan mau menyantuni mereka
dengan baik, sehingga rakyat bersedia mengabdikan diri dengan ikhlas
kepada sang pemimpin.
Hakikatnya,
pemimpin memang harus menjaga, mengayomi, menata, dan menghidupkan
semangat rakyat untuk mewujudkan kehidupan yang lebih baik. Sebaliknya,
rakyat pun harus bersedia “mengabdikan diri” kepada pemimpin, dengan
cara melaksanakan segala kebijakannya, sehingga terjadi harmonisasi
dalam tata kehidupan masyarakat.
Dalam konteks
ungkapan tersebut, pemimpin dilambangkan sebagai keris yang dimasukkan
ke dalam sarungnya (masyarakat yang dipimpin). Dengan demikian, tentu
akan bermasalah jika keris terlampau panjang atau sarungnya terlalu
pendek. Akan tidak masuk juga ketika keris terlampau besar atau
sarungnya begitu kecil, dan selanjutnya. Demikian pula hubungan antara
pemimpin dan rakyatnya. Kehidupan di sana akan senantiasa dirundung
masalah jika terjadi ketidaksesuaian, ketidakserasian, perbedaan sikap,
pendapat, pikiran, serta orientasi dari masing-masing pihak.
1 komentar:
tapi sering lupa....jika telah berkuasa ... (sok kritis)
Posting Komentar