Banjaran Prabu Baladewa

Jumat, 01 Juli 2011

PRABU BALADEWA yang waktu mudanya bernama Kakrasana, adalah putra Prabu Basudewa, raja negara Mandura dengan permaisuri Dewi Mahendra/Maekah (Jawa).
Baladewa lahir kembar bersama adiknya, Narayana dan mempunyai adik lain ibu bernama: Dewi Sumbadra/Dewi Lara Ireng, putri Prabu Basudewa dengan permaisuri Dewi Badrahini.
Baladewa juga mempunyai saudara lain ibu bernama Arya Udawa, putra Prabu Basudewa dengan Ken Sagupi, seorang swarawati keraton Mandura.
Baladewa berwatak keras hati, mudah naik darah tapi pemaaf dan arif bijaksana.
Baladewa sangat mahir dalam olah ketrampilan mempergunakan gada, hingga Bima dan Duryudana berguru kepadanya.
Baladewa mempunyai dua pusaka sakti; Nangggala dan Alugara, keduanya pemberian Bathara Brahma.
Baladewa juga mempunyai kendaraan gajah bernama Kyai Puspadenta. Prabu Baladewa yang mudanya pernah menjadi pendeta di pertapaan Argasonya bergelar Wasi Jaladara, menikah dengan Dewi Erawati, putri Prabu Salya dengan Dewi Setyawati/Pujawati dari negara Mandaraka. Dari perkawinan tersebut ia memperoleh dua orang putra bernama : Wisata dan Wimuka.
Prabu Baladewa diyakini sebagi titisan Sanghyang Basuki, Dewa keselamatan.
Baladewa berumur sangat panjang.
Setelah selesai perang Bharatayuda, Prabu Baladewa menjadi pamong dan penasehat Prabu Parikesit, raja negara Astina setelah Prabu Kalimataya/Prabu Puntadewa, dengan gelar Resi Balarama.
Baladewa mati moksa setelah punahnya seluruh Wangsa Yadawa.

PRABU BALADEWA
Ketika Kakrasana bertakhta sebagai raja negara Madura, ia bergelar Prabu Baladewa. Ia naik takhta kerajaan, sesudah diambil menantu oleh Prabu Salya raja Madraka. Pada waktu itulah ia menggunakan nama Prabu Baladewa, sebab pada waktu perkawinannya ia dikerumuni oleh para dewa. Dan pada waktu itu pula ia mendapat dari Betara Guru senjata Alugora. Oleh para Dewa ia juga diberi nama Kusumawalikita, Balarama dan Basukiyana. Hyang Narada memberikan kepadanya nama Alayuda.
Setelah menjadi raja ia memihak Korawa dan bermusuhan dengan Pendawa, saudara-saudara misannya. Karena kesaktiannya, Baladewa oleh Sri Kresna dianggap seseorang yang tak ada tandingnya. Maka sewaktu perang Baraayuda hampir pecah, ia ditipu oleh Sri Kresna, supaya bertapa di Grojogan Sewu.
Maksud Prabu Kresna mengasingkan Prabu Baladewa ke Grojogan Sewu (air terjun seribu jeram) ialah oleh karena Prabu Kresna mengetahui, bahwa Prabu Baladewa takkan ada lawannya di dalam perang dan juga karena mengetahui, bahwa Baladewa di dalam perang akan memihak Korawa, sehingga akan menyukarkan perlawanan pihak Pendawa. Oleh karena Prabu Kresna memberatkan pihak Pendawa, maka ia pun berdaya upaya, supaya di dalam perang Baratayuda Pendawalah yang menang.
Sesudah mendapat nasihat dari Prabu Kresna itu, bertapalah Prabu Baladewa di Grojogan Sewu.
Ketika pada suatu hari ia melihat bahwa di air terjun itu adalah darah, mendugalah Prabu Baladewa, bahwa perang Baratayuda telah terjadi.
Sehabis perang Prabu Baladewa kembali ke negara Astina dan mengetahui, bahwa keluarga Korawa telah habis tewas di medan perang. Kemudian Prabu Baladewa ikut dengan Pendawa dan hingga tutup usia ikut mengasuh Prabu Parikesit.
Prabu Baladewa mempunyai senjata bernama Nanggala yang demikian saktinya, hingga Dewa pun tak dapat menghadapinya.
Ditinjau dari segi kekeluangaan, Prabu Baladewa seharusnya memihak Pendawa, sebab ia adalah saudara sepupu putra-putra Pendawa dan tarikan kekeluargaannya sebenarnya lebih kuat kesitu. Tetapi oleh karena ia adalah menantu Prabu Salya dan merasa, bahwa ia telah mendapatkan kemuliaannya di Astina, maka ia pun memberatkan Astina.
Prabu Baladewa bermata kedondongan, berhidung dan bermuka serba lengkap, bermahkota dengan jamang tiga susun dan garuda membelakang. Bergelang, berpontoh dan berkeroncong. Berkain katongan.
Prabu Baladewa berwanda: 1. Geger (istilah diambil dan karangan Susuhunan Anyakrawati yang wafat di Krapyak), 2. Kaget, 3. Sembada 4. Paripeksa dan 5. Rayung. (Reog Seneng Barang Jatirejo)

0 komentar:

Posting Komentar