Wayang Orang Gaya Yogyakarta, tidak menarik?

Jumat, 01 Juli 2011


Lima (5) kelompok wayang wong gaya Yogyakarta akan mengikuti Pagelaran Wayang Wong Gaya Yogyakarta yang diselenggarakan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Yogyakarta di nDalem Mangkubumen, Senin-Rabu (27-29/6).


Pentas Wayang Orang Gaya Yogyakarta.
Lima kelompok wayang orang gaya Yogyakarta tersebut adalah Yayasan Pamulangan Beksa Sasmita Mardawa, Yayasan Siswa Among Beksa, Paguyuban Kesenian Surya Kencana, Sanggar Kesenian Irama Tjitra, dan Perkumpulan Kesenian Kridha Beksa Wirama.
Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Yogyakarta, RM. Budi Santoso menerangkan Pagelaran Wayang Orang Gaya Yogyakarta diselenggarakan berangkat dari pemahaman adanya kekhawatiran putus usaha transformasi budaya dari generasi masa lalu ke generasi masa depan.
Seni tradisi wayang orang semakin mengalami kemunduran baik dari sisi pelaku maupun kuantitas pementasannya.
“Hal ini memunculkan kekhawatiran terputusnya rangkaian transformasi budaya antargenerasi,” ujar Budi Santoso dalam pers rilis kepada media, Kamis (23/6).
Pagelaran Wayang Orang Gaya Yogyakarta ini  juga menjadi wahana kampanye sadar budaya melalui pendidikan wayang orang yang ditujukan untuk siswa SMA.
“Dengan melaksanakan pergelaran Wayang Wong ini diharapkan dapat melestarikan seni tradisi luhur ini serta mengenalkannya kepada masyarakat khususnya generasi muda,” ujar Budi Santoso.
Wayang orang merupakan bentuk masterpiece tradisi seni kraton  sebagai kekayaan budaya Yogyakarta yang harus dijaga kelestariannya.
Rilis yang diberikan Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta menerangkan, Wayang Wong Gaya Yogyakarta  pertama kali diciptakan oleh Sultan HB I pada pertengahan abad ke-18 (+ 1756 M) dan mencapai puncak perkembangannya pada masa pemerintahan Sultan HB VIII.
Cerita dalam wayang orang gaya Yogyakarta bersumber pada cerita Mahabarata serta Ramayana. Wayang Orang menjadi bentuk budaya yang penuh dengan filsafat dan pendidikan yang mengajarkan manusia memahami syfat-syfat ksatria untuk dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari karena memiliki isi falsafah hidup, etika serta tuntunan budi pekerti luhur.
Wayang orang  gaya Yogyakarta mengandung filsafat seni tari Yogyakarta bernama  joged Mataram, Penjiwaan terhadap joged Mataram dilalui dengan dari 4 (empat) dasar yaitu Sawiji (konsentrasi total), Greged (dinamika atau semangat), Sengguh (percaya diri), dan Ora Mingkuh (pantang mundur).
Ke empat filosofi ini kemudian diangkat menjadi filosofi tata nilai Yogyakarta dan menjadi karakter masyarakatnya.  (Jogjanews.com/joe) 

0 komentar:

Posting Komentar